Makkah (Humas). Melaksanakan ibadah haji, bagi orang yang beriman, tentunya menjadi impian dan harapan, namun tidak semua bisa melaksanakannya, sebab panggilan ibadah haji bersifat irrasional. Belum tentu, ada orang Islam yang sudah terkena wajib haji bisa melakukannya.
Ada seorang Muslim, hingga akhir hayatnya tidak pernah melaksanakan ibadah haji, sementara hidupnya bergelimang harta. Sementara ada orang yang hidupnya pas pasan, bahkan secara logika, sulit melaksanakan ibadah haji tapi anehnya ia dapat menunaikannya.
Dari sini, kita bisa memahami, panggilan haji itu bersifat irrasional. Dikatakan irasional karena panggilan haji adalah otoritas Allah SWT. Dia bisa datang melalui pintu rezeki manapun.
Salah satu manusia yang beruntung untuk memenuhi otoritasi Allah tersebut, diantaranya adalah Muhammad Lukman Hakim Hasibuan, Ketua kloter 9 KNO. Ia terpilih sebagai petugas haji tahun 2025, melalui seleksi ujian yang ketat dan transparan dilaksanakan Panitia Seleksi Haji Kementerian Agama Republik Indonesia.
Lukman mengatakan, banyaknya suka dan duka yang sulit dituliskan dengan guratan pena dalam melayani jemaah haji. Sebenarnya ia ingin memendamnya sebagai kenangan pribadi saja, namun rasa senang bercampur bahagia membuncah di hatinya untuk disampaikan ke ruang publik, paling tidak bisa bermanfat bagi mereka yang akan mengikuti jejaknya sebagai ketua kloter.
Ia menyaksikan, bagaimana rekan petugas di kloternya bekerja sama dan berjibaku melayani jemaah tanpa henti. Hampir setiap saat jemaah menghubunginya untuk menginformasikan kebutuhan mereka terutama para lansia, cacat dan pengguna kursi roda karena keterbatasan diri mereka.
Namun Lukman dan rekan petugas lainnya sigap dan tanggap melayani mereka. Beberapa program rutin dilakukan terutama dalam bidang kesehatan adalah visitasi ke kamar jemaah dalam upaya mitigasi penyakit, sigap dan responsif dalam memantau kesehatan jemaah dan membawa jemaah ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) dan ke rumah sakit di Madinah dan Mekkah saat melihat jema’ah ketika membutuhkan perawatan yang lebih intensif.
” Kita bekerja secara Tim siang dan malam, terkadang kamar tidur kami dialihfungsikan sebagai klinik bagi Jema’ah haji sakit”, ujar Lukman, Sabtu (21/6/2025).
Tantangan terberat adalah ketika melihat kondisi jemaah yang dalam keadaan sakit berat atau meninggal dunia. Dalam kloter 9 KNO terdapat dua jemaah yang sakit kritis dan wafat di tanah suci, namun dilakoninya dengan kesabaran dan kebahagiaan.
Lukman sendiri terus memantau para jemaah haji yang sakit bersama keluarga pendamping yang ikut melaksanakan ibadah haji. Setiap tindakan dokter terhadap jemaah hanya ia mengetahui, sebab dokter juga berkonsultasi kepada dirinya selaku ketua kloter sampai takdir berkata lain.
Dua jemaah hajinya wafat pada hari Jum’at 20 Juni 2025 satu hari menjelang kepulangan kloternya ke tanah air, Sabtu, 21 Juni 2025. Selaku ketua kloter, pihak syarikah pasti berkordinasi dengan dirinya. Untuk almarhum Erwin Dasnir Tanjung yang wafat pagi dini hari 03.10 WAS terus mendampingi proses penyelenggarakan Jenazahnya dari pemandian, pengkafanan, pensholatan hingga pengkuburan. Dalam proses penyelenggaraan Jenazah inilah Lukman sangat terharu,
Sedih dan bercampur bahagia sebab ia bersama petugas pembimbing ibadah ustad Sori Monang dibawa dengan menggunakan mobil crab ( sejenis mobil Golf) ke lantai dua dekat lintasan tawaf untuk ikut mensholatkan jenazah almarhum Erwin selepas sholat Jum’at berjemaah.
Lain ceritanya dengan almarhum Sri Sukenti yang wafat pukul 15.18 hanya beda waktu dan masih dihari yang sama yaitu Jum’at, 20 Juni 2025. Pada situasi ini, kembali Lukman dan petugas layanan umum dari TPHD Muhammad Arif mengurus proses penyelenggaraan jenazah hingga pengkafanan pukul 01.00 WAS.
Untuk almarhumah Sri Sukenti ia tidak bisa ikut sholat jenazah di Mesjidil haram sehabis sholat subuh sebab kloter 9 KNO jam 07.00 WAS akan bertolak ke Jeddah untuk persiapan pulang ke tanah air. Waktu yang sempit, walau dengan badan yang letih dan penat serta kurang istirahat, ia memaksa dirinya untuk melaksanakan tawaf wada’ sekitar pukul 02.00 WAS.
Dari kesabaran mengurus jenazah, waktu tawaf tujuh kali putaran ka’ bah yang padat, dapat diselesaikan dalam waktu 15 menit.
” Saya merasakan badan yang letih dan penat serta kurang istirahat karena seharian mengurus jenazah, anehnya terasa ringan dan segar dan saya merasakan tawaf saya terass sangat cepat, seakan akan jemaah lain memberikan saya jalan tawaf agar bisa cepat. Di situ saya sempat menangis, memandang Ka’bah yang sebentar lagi akan ditinggalkan. “Mungkin dua jemaah yang wafat tersebut mendoakan saya di alamnya sebagai ucapan terima kasih”, ujar Lukman.
Lukman juga menambahkan, dua almarhum yang kami urus penyelenggaraan jenazahnya pasti mendapat keberkahan dari Allah SWT. Pertama , diwafatkan di tanah suci Mekkah. Kedua wafat pada hari Jumat yaitu hari yg penuh berkah dan disebut penghulunya hari. Ketiga, jasadnya disholat kan di Mesjid haram oleh para jemaah haji.
Cerita Lukman Petugas Haji Asal Medan, Urus Dua Jemaah Wafat Dalam Sehari Seperti Orangtua Sendiri
